Minggu, 21 Februari 2010

TEKNOLOGI BAHAN


Gempa? Gempa itu apa sih?
menurut wikipedia: Gempa adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi . Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi/lempeng bumi)

nah kebayangkan? gimana kalo bangunan kena gempa? bangunan yang gak kuat strukturnya atau ada kesalahan struktur pasti hancur.
Kayak kasus di salah satu hotel yang tahun 2009 kemarin terkena gempa.



Precast Concrete adalah concrete (beton) yang dibuat di pabrik (fabrikasi), pembuatannya tidak langsung di lokasi proyek. Ukurannya berdasarkan pada detail gambar rencana kerja. Keuntungan penggunaan Precast Concrete adalah mempercepat waktu pengerjaan, mengurangi resiko bagi pekerja, kualitasnya juga lebih bagus dibandingkan dengan beton in situ karena proses pembuatannya di pabrik, tingkat kekuatan dan kekakuan struktur lebih bagus akan tetapi tidak mengurangi sisi arsitekturalnya (keindahan).

contohnya pada gambar di bawah ini, dengan menggunakan precast kita tetap dapat menciptakan bentukkan dinamis


Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.

Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya.

Jenis Jenis penggunaan Precast Concrete :

1. Foundation Piles

suku badui

KAMPUNG BADUY: SUKU TERTINGGAL [?]


Sejenak memasuki kampung suku Baduy, Kanekes Banten. Setelah empat jam membiarkan kaki berkelahi dengan keletihan. Sejuk dan aura ketenteraman segera terasa. Hijau daun mengatapi langit terik. Nyanyian alam meluruhkan pekak telinga yang mengerak didesak deru kendaraan dari Jakarta. Jalan setapak meliuk mengitari bukit yang makin menanjak. Di tepinya rumput dan semak liar membentuk garis-garis alami menandai arah jalan bagai lukisan dari langit. Di pinggir sana, bening sungai deras bersama ikan-ikan yang bebas di balik batu-batu berlumut. Harum cemara silih berganti bersama sirih hutan mengurai oksigen mengisi penuh rongga dada.

Di ujung jalan ketika jalan menanjak sudah usai. Tampak serumpun rumah-rumah panggung hampir tak terbedakan. Satu sama lain berjejer berhadapan teratur membentuk satuan-satuan ruang terbuka. Satu konsep cluster yang lahir tidak dari rahim akademik. Tetapi dari keniscayaan naluri dan habitus (vernaculus) yang kelak justru diadopsi oleh para teoritikus dan praktisi dengan jumawa. Dinding-dinding bangunan berbingkai anyaman bambu. Teksturnya tidak saja memamerkan keindahan seni visual ekspresi kesederhanaan dan keuletan. Juga seni fungsional yang akurat dengan membiarkan bias benderang langit dan semilir angin semerbak berebut memasuki sela anyamannya. Ruang dalam dengan sendirinya memperoleh sejuk dan terang yang memadai. Satu daya transfigurasi rancangan yang meninggikan bahan alami bambu untuk tidak semata dilihat sebagai bambu tetapi buah karya tangan yang mandiri dan kreatif. Hakikat rancangan arsitektural ditumpukan pada nilai amaliyah-nya. Bukan pada jasad ke-benda-annya. Sehingga dengan itu terhindar dari syirik kultus materialism. Rancangan materi adalah perantara dari buah perbuatan yang secara sengaja ditujukan untuk memberi wadah bagi kelangsungan hidup dan pembinaan anak-beranak dalam setiap jalan yang diyakini.

Di atas tanah berkontur, batu-batu alam bulat kecil disusun damai membentuk pijakan kokoh untuk umpak tiang-tiang bangunan. Seluruh sistem struktur bekerja secara efisien tanpa campur tangan hegemoni industrialis. Sambungan konstruksi dengan sistem ikat takik dan pasak. Atap pelana praktis dengan kemiringan yang luruh derai hujan berlapis ijuk hasil hutan yang sengaja dipelihara di lahan larangan demi sebuah kesinambungan. Satu konsep daur hidup yang sederhana dan dijalankan dengan penuh kesadaran. Tidak ada ketergantungan sejumput pun. Mereka percaya pada kemandirian dan persahabatannya dengan alam. Satu sama lain berbagi secara harmoni. Tak ada celah untuk tinggi sendiri.

Di halaman anak-anak berlarian bermain di sela hewan peliharaan. Di teras rumah dan di seberang gundukan batu yang membentuk sclupture berkerumun para perempuan orang tua mereka dengan kesibukan berkarya. Di seberang yang lain seorang ibu muda sambil menggendong bayinya menenun. Tak ada waktu untuk saling menistakan. Sesama mengikat dalam jalinan kerabat yang tulus. Seluruh hidupnya dipasrahkan pada manfaat.

Setiap mereka hidup sahaja dengan kain serba hitam untuk Baduy Luar dan putih untuk Baduy Dalam. Dua warna yang mereka boleh pakai. Tak ada hasrat yang meledak-ledak ingin melebihi satu sama lain. Mereka betul-betul hidup sedampingan. Tak ada keluh, kecuali tunduk pada kesejahteraan yang mereka bangun dari sistem yang sahaja.

Sayup kami dengar mereka berbincang santun sambil sesekali tersipu memandangi kami yang datang sebagai tamu yang diagungkan. Dengan penuh hormat mereka mengumbar senyum dan tatapan yang tulus. Tanpa disadari, kami dibuncah rindu nuansa damai lingkungan yang terhampar di hadapan kami. Kami mulai bertanya. Dimanakah masyarakat tertinggal itu?

Kami tidak mampu lagi mengurai makna ketertinggalan atas potret yang mereka pamerkan. Kami malu mengendapkan kata tertinggal dalam kosa ilmu kami selama ini. Mereka adalah manusia-manusia agung yang jauh dari keserakahan. Mereka tak hendak meninggikan apa yang rendah. Tak hendak merendahkan yang tinggi. Mereka tak berani melebarkan yang sempit dan tak sudi juga menyempitkan yang lebar. Mereka terima apa yang alam sediakan, dengan sekecil-kecilnya perbuatan. Alam adalah limpahan rahmat yang tak terkirakan.

Tumpang tindih teori kami lahap sepanjang pencarian ilmu kami. Berjenjang-jenjang kami panggul derajat pangkat kepakaran dari berbagai-bagai majelis al-ulum. Namun, kami hanyalah para arsitek kaum borjuasi yang melayang-layang di atas kamuflase kehormatan sujjana. Karena kami tak mampu menunaikan itu semua dalam kenyataan hidup.

indonesian ethnic architecture concept


Arsitektur tradisinal Indonesia penuh dengan bentuk-bentuk yang mencengangkan. Bentuk-bentuknya melingkupi bangunan, seni, rancangan yang berlangsung ribuan tahun dan menjadi warisan dunia.
( Prof. Dr. Christoper Alexander / Arsitek Universitas Harvard, AS )
Indonesia terdiri atas kurang lebih dari 300 suku dan 500 bahasa. Setiap etnik di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Apabila satu etnik memiliki satu keunikan vernakuler, maka akan ada sekitar kurang lebih 500 arsitektur vernakuler di Indonesia.
( Isnen Fitri ST. M.eng / Sejarah perkembangan arsitektur Nusantara. )
Dengan fakta yang sudah dijelaskan oleh ahli arsitektur diatas, lalu mengapa kita masih berbondong-bondong mengejar konsep arsitektur yang berasal dari dunia barat! Dan dengan bangganya, kita menyebut itu dengan sebutan modernisasi. Kalau boleh mengutip kata-kata dari lagu SLANK, jangan tunggu bangsa lain, jangan tunggu negara lain,..., bikin malu saja.
Apakah kita mau nasib arsitektur vernakuler negeri kita ini sama dengan nasib lagu DANGDUT?. Yang kalau kata anak sekarang, ah gag gue banget, gitu loh!
Jadi intinya adalah, mari kita mulai lagi membudayakan semangat mencintai budaya negeri kita sendiri, dengan megusung kembali konsep-konsep arsitektur yang berbasiskan budaya Indonesia.
Jangan tunggu bangsa lain, jangan tunggu negara lain,..., bikin malu saja!

Jumat, 19 Februari 2010

TRL

TATA RUANG DALAM

Senin, 15 Februari 2010